TT__TT I'M BACCKKKK~ finally :') maaf banget updatenya lama banget (memang selalu berakhir begini) soalnya beneran deh ini sekolah gak punya hati.. tugas dan ulangan banyak banget >< terus ada faktor lain juga sih :D lagi gak ada ide nih >.< jadi bagi yang punya request apapun atau saran dan kritik, tolong comment yah.. lagi mentok inspirasinya nih :P
Main Cast:
-Kim Sunggyu as Kim Sungkyu
-Lee Howon/Hoya as Lee Howon
-You(?) as Heo Jae In :D
Other Cast:
-Kim Myungsoo/L as Kim Myungsoo
-Marcella (temenku :D) as Han Seul
-Nam Woohyun as Nam Woohyun
-Nam Minkyung (bukan siapa-siapa :P) as Nam Minkyung
Disclaimer: I dont own Infinite member, the story character and plot is own and made originally by me. I dont own the pictures, I just edited it.
Disclaimer: I dont own Infinite member, the story character and plot is own and made originally by me. I dont own the pictures, I just edited it.
Happy reading~ ^.^
“sepertinya
sekarang saatnya aku menceritakannya padamu”
“apa?”
balas Jae In yang disusul helaan nafas Sungkyu.
“emm… ini cerita tentang masa laluku.. bagaimana
memulainya yahh?!” Sungkyu memegang tengkuknya, canggung. Setelah beberapa lama
hening akhirnya Sungkyu membuka suara.
“Aku…
aku tidak punya orangtua lagi…” Jae In yang sedang minum pun berhenti
menyeruput minumannya, ia terlihat kaget. “aku yatim piatu. Sejak kecil aku
tinggal di panti asuhan sampai suatu hari aku kabur darisana. Dan disaat itu,
aku sampai di sebuah toko roti. Dan disaat itu juga, semua keberuntungan dan
kebahagiaan yang tidak pernah kumiliki datang.. Aku bertemu dengan Minkyung
noona” Sungkyu tersenyum memikirkan masa lalunya.
“emm..
minkyung onnie itu siapa?”
“Minykung
noona? Dia penyelamatku.. hahaa dan juga, dia cewek pertama yang kusukai di
dunia ini” Jae In ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak ada suara yang keluar
dari mulutnya.
Saat
itu juga, seorang pelayan datang mengantarkan makanan mereka. Mereka berdua
mengehentikan pembicaraan mereka dan mulai makan.
Jae
In merasa agak tidak nyaman karena ia memesan spaghetti, ia harus berkali-kali
mengelap bibirnya. Sunggyu yang melihat Jae In sibuk mengelap bibirnya
berkali-kali hanya tersenyum. “kau mirip sekali dengan Minkyung noona” Sungkyu
tertawa kecil. “mirip? Mukaku?” Tanya Jae In. “ahh~ bukan muka.. tapi sikap dan
sifatmu”. Di dalam hati Jae In, muncul suatu perasaan aneh, tapi ia tidak
menghiraukannya. “besok malam, kau kujemput yah” “emm? Baiklah”
Kali
ini, Jae In yang membayar makanan mereka. “aku tidak enak dibayarin melulu.
Biarkan aku sekali-kali membayar dong” keluh Jae In pada Sungkyu yang hendak
membayar, Sungkyu tersenyum. ‘noona… aku sudah ketemu dengan penggantimu’ ucap
Sungkyu dalam hati.
“Hei!
temani aku mencari hadiah, oke” Jae In membuyarkan lamunan kyu. “eh? oh.. oke”
Suara
klakson terdengar jelas dari kamar Jae In. Dengan cepat, Jae In memasukkan
barang-barang yang harus dibawa olehnya ke tas pestanya dan menuruni tangga
rumahnya secepat mungkin. Tiba-tiba jantungnya berdetak kencang sekali saat ia
sampai di pintu gerbang, tapi ia mengabaikannya, mungkin karena berlari
pikirnya.
Sungkyu
kaget saat pintu mobilnya terbuka dan ia melihat Jae In masuk. Pertama, ia
tidak mengira kalau cewek ini akan turun menghampirinya secepat ini dan yang kedua,
cewek ini benar-benar cantik malam ini.
“apakah
kau menunggu lama?” Sungkyu tercengang, ia merasa otaknya sedang bermasalah
karena ia tidak bisa mencerna perkataan Jae In dengan baik.
“Sungkyu
sshi…” Jae In menepuk bahu Sungkyu dan menyadarkan Sungkyu “eum??”
“kau
baik-baik saja kan?” Jae In jadi khawatir. “tentu saja” “kalo begitu, ayo
jalan” Sungkyu mengangguk lalu melajukan mobilnya.
“ini
mobilmu?”
“ohh
bukan.. ini mobil Woohyunie..” Sungkyu tertawa sambil memegang tengkuknya
canggung.
“kalau
boleh tahu.. Woohyun….? kalau kulihat-lihat kau selalu menempel dengannya”
“ahahaa..
Woohyun? Dia teman baikku sejak kecil, dia memiliki interest yang sama denganku.. jadi yah.. aku mengajaknya untuk
bekerja bersamaku di toko rotiku”
“dan
kalau aku boleh tahu juga.. ceritakan masa kecilmu hingga sekarang..” Sungkyu
terdiam menatap jalan raya yang ramai di malam hari, namun akhirnya ia
tersenyum lalu menoleh.
“kau
tertarik padaku?” ia menggoda Jae In.
“bukan
itu.. aku hanya ingin tahu.. barangkali aku bisa membantu” Sungkyu kembali
tersenyum.
“tidak
perlu.. aku tidak berniat mencarinya kembali kok.. aku terkadang belum bisa
memaafkannya” Jae In tidak yakin siapa ‘dia’ dalam pembicaraan ini tapi ia bisa
menebak bahwa yang dimaksud oleh sungkyu adalah ibunya.
“Ahh~
pokoknya ceritakan padaku~” Jae In memohon.
“kau
yakin ingin mendengar?” “iya!”
“aku
dilahirkan di Seoul, 28 April 1986 dengan nama Kim Sunggyu” “tunggu tunggu…”
“aku tahu.. di kartu namaku.. itu sengaja dipalsukan” Sunggyu tertawa puas, Jae
In menatapnya sinis.
“jangan
bocorkan ini, oke! Klienku yang termanis” Sunggyu tersenyum pada Jae In dan
balasannya hanya anggukan. “lanjutkan!” perintah Jae In.
“dari
sejak bayi aku sudah sering menjadi bahan pertengkaran orangtuaku.. dan karena orangtuaku
selalu bertengkar di depanku, sewaktu bayi aku sempat tidak bisa berbicara dan
dianggap anak autis karena tekanan batin dalam diriku akibat mendengar
pertengkaran yang seharusnya tak didengar oleh seorang bayi. Setelah aku
bertumbuh semakin besar dan menerima penanganan khusus, aku memang bisa
berbicara normal tapi aku menjadi anak yang tidak percaya diri. Setiap hari aku
mendengar pertengkaran orangtuaku dan akhirnya aku tahu bahwa, ayah kandungku
bukan ayah yang ada di sampingku. Aku sering diperlakukan tidak baik”
“jadi..
kau?”
“ibuku
berselingkuh dengan pria lain, lebih tepatnya sebelum menikah dengan ayah
tiriku, ibuku sudah mengandung” Jae In benar-benar kaget, tanpa sadar ia
menutup mulutnya dengan tangan dan perlahan air matanya turun. Sungkyu juga
sedang menahan air mata yang sudah memenuhi kelopak matanya itu, ia tidak bisa
melihat jalan dengan jelas lagi, ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan, Jae
In menoleh kearah Sungkyu, ia bisa melihat dengan jelas mata Sungkyu yang telah
berkaca-kaca.
“maaf”
suara Jae In parau karena menangis.
“pada
umur 6 tahun ibuku akhirnya menaruhku di panti asuhan”
“stop..”
potong Jae In sambil terisak.
“karena
ancaman cerai dari ayah tiriku”
“stop..
stop.. kau tidak perlu melanjutkannya..” akhirnya air mata Sungkyu jatuh juga. Mereka
berdua akhirnya terdiam.
“maafkan
aku, sudah memintamu menceritakannya”
“ini
bukan salahmu.. aku juga ingin menceritakannya padamu kemarin tapi terpotong
dan juga aku belum siap”
“untuk
sekarang ini, mari pergi ke pesta sunbae dulu. Tidak lucu kan kalau kita datang
dengan mata sembab” Sungkyu mengangguk dan melanjukan mobilnya.
Dalam
15 menit mereka sampai di tempat pesta diadakan, Sungkyu turun terlebih dulu
dan berniat untuk membukakan pintu Jae In agar terlihat romantis tapi Jae In
sudah turun dari mobilnya, Sungkyu hanya bisa mencibir. Mereka memasuki halaman
restoran dan bertemu dengan Howon dan Ho Min yang sudah mengencangkan
gandengannya pada lengan Howon tanda berjaga-jaga.
“sunbae,
selamat ulang tahun” Jae In menjabat tangan Howon dan memberikan tentengan
berisi hadiah untuknya. “terima kasih” balas howon dengan senyum termanisnya
namun wajahnya berubah sinis saat melihat Sungkyu. “mari masuk” Jae In menarik
lengan Sungkyu yang membuat gyu tersenyum senang di depan Howon, Howon dan
Homin mengikuti mereka berdua. Beberapa kali Howon melirik jam tangannya.
“ahh.. sudah jam 8, pesta akan dimulai, aku akan naik ke panggung.” Homin
tersenyum lalu melepaskan gandengan tangannya.
“emm..
selamat malam semuanya” seisi ruangan pun langsung berubah hening.
“terima
kasih telah datang ke pestaku yang ke-20 ini. Ahaha aku jadi malu kalau
menyebutkan umurku” seorang perempuan dan pria paruh baya keluar dari balik
panggung dan berdiri di samping Howon, “sepertinya itu orangtua sunbae” bisik
Jae In pada Sungkyu.
“terima
kasih appa dan omma yang sudah merawatku sampai setua ini..” Howon merangkul
kedua orangtuanya. Sungkyu yang semula tidak memperhatikan sekarang memalingkan
pandangannya dan matanya terbelalak saat melihat kedua orangtua Howon. Jae In
yang melihat perubahan ekspresi Sungkyu pun kebingungan.
“Sungkyu
sshi.. ada apa?” Sungkyu hanya menjawabnya dengan air matanya yang mengalir.
Jae In mengikuti arah pandang Sungkyu dan mengambil kesimpulan bahwa Sungkyu
menangis karena orangtua Howon.
“apakah
kau merindukan orangtuamu?” Jawaban Sungkyu hanya gelengan. Jae In mulai
khawatir karena Sungkyu benar-benar menangis terisak sampai hampir seisi
ruangan menatapinya, ibu Howon juga ikut menatap kearah Sungkyu, dan ia merasa
ada yang mengganjal di hatinya dan ia merasa bahwa wajah Sungkyu familiar. Jae
In pun menariknya keluar.
“ada
apa? Apa yang sebenarnya terjadi?” Sungkyu masih terdiam, ia mencoba menghapus
air matanya. Entah mengapa Jae In melihat ini lucu, ia merasa dirinya telah
menemukan sisi imut Sungkyu yang selama ini sama sekali jauh dari image
coolnya, perlahan senyum terkembang di bibir Jae In.
“hei..
ada apa? Untuk sekedar informasi, kau sudah berumur 26 tahun!” Sungkyu menatap
Jae In sambil masih berusaha menghapus air matanya.
“memangnya
cowok berumur 26 tahun tidak boleh menangis karena orangtuanya?” Jae In
terdiam, berpikir.
“orangtuamu?”
“orangtuaku.. orangtua Howon adalah orangtuaku. Ibu kandungku dan ayah tiriku
yang kuceritakan padamu”
“HAHH?
BAGAIMANA MUNGKIN??” Sungkyu spontan menutup mulut Jae In dan menarik tangannya
lagi. “hei.. kecilkan suaramu” “bagaimana bisa?” ulang Jae In.
“aku
juga tidak tahu.. tapi itu benar-benar ibuku, aku yakin sekali. Aku masih
mengingat mukanya dengan jelas” Sungkyu teringat akan kenangan pahitnya saat ia
ditinggal di pasar sendirian, saat ibunya memberinya uang di sakunya dan
meninggalkannya LAGI di sebuah mall, dan yang terakhir saat ia dititipkan di
panti asuhan oleh ibunya.
“hei..
sunbaemu itu umur berapa?” Tanya Sungkyu pada Jae In.
“Sunbae?
Dia satu tahun di atasku jadi mungkin 20” Sungkyu terbelalak, disusul Jae In.
“tunggu…
katamu pada umur 6, kau ditaruh di panti asuhan kan? Sedangkan kau dan sunbae
berbeda 6 tahun.. berarti…..” Sungkyu mengangguk mengiyakan, seolah ia tahu isi
pikiran Jae In.
“saat
aku ditaruh di panti asuhan, ibuku sedang mengandung Howon” jawab Sungkyu. Jae
In meringis. “Aku harus bertemu dengan mereka” Sungkyu menarik Jae In kedalam.
Mereka
berdiri tidak jauh dari orangtua Howon. Kaki Sungkyu bergetar hebat, ini
pertama kalinya dalam 20 tahun ia bertemu dengan orangtuanya. Jae In memegang
pundak Sungkyu, berusaha menenangkannya. Dengan langkah yang mantap, Sungkyu
menghampiri dan berdiri tepat di depan orangtua Howon yang berdiri di sudut ruangan.
Sungkyu tidak mengucapkan satu patah kata pun. Orangtua Howon pun kelihatan
bingung.
“maaf..
apa ada masalah?” Tanya ayah Howon. Entah mengapa, Sungkyu merasa bahwa dirinya
jadi cengeng hari ini, ia mulai menangis lagi.
“eommaa~”
suaranya bergetar. Ibu Howon shock ternyata orang yang dilihatnya menangis
sewaktu di panggung tadi – sungkyu – benar-benar familiar, ia adalah anak
kandungnya yang ia tinggalkan di pantu asuhan.
“siapa
kau berani-beraninya memanggilku omma?” Ibu Howon berusaha menghindar.
“omma…
jangan menghindar dengan berbohong tidak mengenaliku, aku tahu kau mengenaliku.”
“hei..
ia bilang ia tidak mengenalimu” ucap ayah Howon.
“aku
juga tahu appa mengenaliku. Kalian berdua pasti mengingatku, terutama omma”
“untuk
sekarang ini, akan kubiarkan seperti ini. Aku hanya ingin kalian tahu bahwa aku
masih hidup dan sehat. Tapi aku akan datang sewaktu-waktu untuk meminta
penjelasan. Selamat tinggal dan sampai jumpa” Sungkyu pamit pada orangtuanya
dan menghampiri Jae In.
“Hah..
orang gila” gumam Ny. Lee sambil tersenyum tipis. Di dalam hatinya ada sebersit
perasaan bersalah dan senang melihat Sungkyu, anaknya.
Ia
melihat Jae In sedang mengobrol dengan Howon, menghampiri mereka. “apa yang
kalian bicarakan?”
“ahh?”
Jae In menoleh ke sebelahnya. “tentang kuliah” Sungkyu mengangguk.
“kalian
dekat yah? Pertama bertemu denganmu saja, kau sedang bertemu dengannya di café”
ucap Sungkyu.
“kita
memang dekat.. dekat sekali…” Jawab Howon langsung, Jae In merasa senang dalam
hatinya. ‘aku membiarkan kau mengambil orangtuaku, tapi tidak Jae In juga’
batin Sungkyu.
“jadi
begitu... Bagaimana dengan Homin?” Tanya Sungkyu menggoda.
“dia
pacarku..” “kalau begitu, Jae In jatahku!” Jawab Sungkyu cepat sambil menarik
Jae In dalam rangkulannya. Jantung Jae In berdetak kencang, ia merasakan
perasaan aneh ini lagi, sebenarnya perasaan apa ini.
“walaupun
begitu, tapi ia tetap saja hobae-ku di kampus. Tanpaku ia kesulitan” jawab
Howon tak mau kalah.
“tapi
tetap saja, dia yang memintaku menemaninya belanja” Jae In hanya menunduk malu
di tengah pertengkaran kedua cowok kekanak-kanakan ini, karena Sungkyu masih
merangkulnya dan juga ia malu merasa di perebutkan. Akhirnya, Howon dan Sungkyu
terdiam melihat Jae In yang hanya bengong sedari tadi, Sungkyu melepas
rangkulannya.
“Jae
In.. kau merasa tidak sehat?” Tanya Howon khawatir. “apa jangan-jangan tadi kau
meminum vodka atau semacamnya?” Tanya Sungkyu was-was, takut-takut dia mabuk
lagi. Jae In menggeleng “tidak.. kalian berdua membuatku merasa diperebutkan
ahahaa aku jadi malu” jawab Jae In jujur. Sungkyu dan Howon pun tertawa
mendengarnya.
Sungkyu
terbangun, dan melihat sekeliling. Ia tertidur diatas meja dengan pen ditangan
dan buku yang dijadikan bantal. Ia lalu meregangkan badannya dan melihat jam
dindingnya.
“sudah
jam tujuh” gumamnya sambil menguap dan berjalan keluar.
“Woohyunie”
hening. “Woohyun” tidak ada jawaban. “Woohyun” tidak ada yang menjawab, Sunggyu
berjalan ke kalender dan melihat tanggal hari ini. “ahh~ makam! Woohyun pergi
ke makam”
½
jam setelahnya, Sunggyu sudah berada di sebelah Woohyun membawa sebucket bunga
tulip.
“noona..
noona.. bagaimana keadaanmu sekarang? Kami baik-baik saja disini.. tidak perlu
khawatir” ucap Woohyun sambil menaruh bunga tulipnya diatas makam noona-nya.
“noona..
aku rindu padamu! Tidak terasa.. sudah 7 tahun semenjak kau pergi.. noona…
apakah salah kalau aku menemukan penggantimu?” Woohyun melirik Sungkyu sambil
tersenyum tipis. “aku menyukai perempuan lain.. aku sering berpikir, apakah
yang aku rasakan ini benar. Tapi, ia benar-benar mirip denganmu! Bukan wajahnya
tapi sikapnya, oh iya, belakangan ini.. aku sering bermimpi akan masa laluku..
aku rasa aku benar-benar merindukanmu noona” Sungkyu menaruh bunga tulipnya di
sebelah bunga Woohyun.
“noona..
ia bohong! Jangan percaya padanya, yang ia pikirkan setiap hari hanya Jae In,
Jae In dan Jae In..” Sungkyu menyenggol Woohyun dengan lengannya.
“yaa
~.. bagaimana bisa kau berkata seperti itu pada noona” Woohyun tersenyum lalu
melanjutkan kalimatnya, “tapi aku yakin noona pasti menerimanya.. karena noona
adalah kakak yang terbaik di dunia ini” Sunggyu tiba-tiba teringat akan pertemuannya
dengan ibunya kemarin.
“oh
ya noona! Kemarin aku bertemu dengan ibu kandungku! Ini sebuah keajaiban
bukan.. ahahahaha” Woohyun menatap sahabatnya itu sambil bertanya-tanya.
Woohyun
yang duduk di kursi penumpang sedari tadi tidak berhenti berpikir akan
perkataan sunggyu “gyuu~” “hmm?”
“kau
bertemu dengan ibumu kemarin?”
“yaa…
bukankah ini sebuah keajaiban? Setelah 20 tahun akhirnya aku bertemu dengan ibuku
lagi di pesta ulang tahun ‘saudaraku’”
“saudaramu?”
Tanya Woohyun heran.
“yaa…
saudaraku, Lee Howon. Kita satu ibu tetapi lain ayah, aku juga baru tahu
kemarin kok” Woohyun kaget mendengarnya.
“kau
senang bertemu ibumu?” tanyanya lagi.
“tentu
saja! Memangnya kau tidak pernah merindukan ibumu?”
“tentu
saja sering! Tapi terkadang aku juga kesal dengannya karena meninggalkanku
sendirian.. kau tidak ada perasaan kesal atau benci atau apapun itu?”
“tentu
saja aku merasakan hal-hal itu, perasaan kesal dan kecewa pada ibuku tapi
perasaan senang dalam diriku menutupi perasaan kesal itu, aku benar-benar
merindukannya, walaupun ia meninggalkanku sendirian di panti asuhan tapi aku
juga ingat beberapa kenangan manisku dengan omma”
“aku
salut denganmu. Kau bisa tumbuh menjadi pribadi yang dewasa, bijaksana, dan
ramah tanpa bimbingan orangtuamu, aku bangga menjadi temanmu” Woohyun menatap
Sungkyu bangga.
“ini
semua karena ahjussi.. aku belajar banyak darinya, ia orang yang baik”
“hei..
omong-omong soal ahjussi, kau belum pernah menceritakan dengan detail bagaimana
kau bisa mewariskan toko rotinya! Kau harus menceritakannya padaku! Aku memiliki
saham 30%!”
“emm
soal itu……..” Sungkyu menatap Woohyun sambil nyengir kuda.
To Be Continued...