Wednesday, December 19, 2012

[Fanfiction] Infinite Sunggyu 'My Real Story' chapter 5



 TT__TT I'M BACCKKKK~ finally :') maaf banget updatenya lama banget (memang selalu berakhir begini) soalnya beneran deh ini sekolah gak punya hati.. tugas dan ulangan banyak banget >< terus ada faktor lain juga sih :D lagi gak ada ide nih >.< jadi bagi yang punya request apapun atau saran dan kritik, tolong comment yah.. lagi mentok inspirasinya nih :P





Main Cast:
-Kim Sunggyu as Kim Sungkyu
-Lee Howon/Hoya as Lee Howon
-You(?) as Heo Jae In :D

Other Cast:
-Kim Myungsoo/L as Kim Myungsoo
-Marcella (temenku :D) as Han Seul
-Nam Woohyun as Nam Woohyun
-Nam Minkyung (bukan siapa-siapa :P) as Nam Minkyung

Disclaimer: I dont own Infinite member, the story character and plot is own and made originally by me. I dont own the pictures, I just edited it.

Happy reading~ ^.^


“sepertinya sekarang saatnya aku menceritakannya padamu”
“apa?” balas Jae In yang disusul helaan nafas Sungkyu.
 “emm… ini cerita tentang masa laluku.. bagaimana memulainya yahh?!” Sungkyu memegang tengkuknya, canggung. Setelah beberapa lama hening akhirnya Sungkyu membuka suara.
“Aku… aku tidak punya orangtua lagi…” Jae In yang sedang minum pun berhenti menyeruput minumannya, ia terlihat kaget. “aku yatim piatu. Sejak kecil aku tinggal di panti asuhan sampai suatu hari aku kabur darisana. Dan disaat itu, aku sampai di sebuah toko roti. Dan disaat itu juga, semua keberuntungan dan kebahagiaan yang tidak pernah kumiliki datang.. Aku bertemu dengan Minkyung noona” Sungkyu tersenyum memikirkan masa lalunya.
“emm.. minkyung onnie itu siapa?”
“Minykung noona? Dia penyelamatku.. hahaa dan juga, dia cewek pertama yang kusukai di dunia ini” Jae In ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya.
Saat itu juga, seorang pelayan datang mengantarkan makanan mereka. Mereka berdua mengehentikan pembicaraan mereka dan mulai makan.
Jae In merasa agak tidak nyaman karena ia memesan spaghetti, ia harus berkali-kali mengelap bibirnya. Sunggyu yang melihat Jae In sibuk mengelap bibirnya berkali-kali hanya tersenyum. “kau mirip sekali dengan Minkyung noona” Sungkyu tertawa kecil. “mirip? Mukaku?” Tanya Jae In. “ahh~ bukan muka.. tapi sikap dan sifatmu”. Di dalam hati Jae In, muncul suatu perasaan aneh, tapi ia tidak menghiraukannya. “besok malam, kau kujemput yah” “emm? Baiklah”
Kali ini, Jae In yang membayar makanan mereka. “aku tidak enak dibayarin melulu. Biarkan aku sekali-kali membayar dong” keluh Jae In pada Sungkyu yang hendak membayar, Sungkyu tersenyum. ‘noona… aku sudah ketemu dengan penggantimu’ ucap Sungkyu dalam hati.
“Hei! temani aku mencari hadiah, oke” Jae In membuyarkan lamunan kyu. “eh? oh.. oke”

Suara klakson terdengar jelas dari kamar Jae In. Dengan cepat, Jae In memasukkan barang-barang yang harus dibawa olehnya ke tas pestanya dan menuruni tangga rumahnya secepat mungkin. Tiba-tiba jantungnya berdetak kencang sekali saat ia sampai di pintu gerbang, tapi ia mengabaikannya, mungkin karena berlari pikirnya.
Sungkyu kaget saat pintu mobilnya terbuka dan ia melihat Jae In masuk. Pertama, ia tidak mengira kalau cewek ini akan turun menghampirinya secepat ini dan yang kedua, cewek ini benar-benar cantik malam ini.
“apakah kau menunggu lama?” Sungkyu tercengang, ia merasa otaknya sedang bermasalah karena ia tidak bisa mencerna perkataan Jae In dengan baik.
“Sungkyu sshi…” Jae In menepuk bahu Sungkyu dan menyadarkan Sungkyu “eum??”
“kau baik-baik saja kan?” Jae In jadi khawatir. “tentu saja” “kalo begitu, ayo jalan” Sungkyu mengangguk lalu melajukan mobilnya.
“ini mobilmu?”
“ohh bukan.. ini mobil Woohyunie..” Sungkyu tertawa sambil memegang tengkuknya canggung.
“kalau boleh tahu.. Woohyun….? kalau kulihat-lihat kau selalu menempel dengannya”
“ahahaa.. Woohyun? Dia teman baikku sejak kecil, dia memiliki interest yang sama denganku.. jadi yah.. aku mengajaknya untuk bekerja bersamaku di toko rotiku”
“dan kalau aku boleh tahu juga.. ceritakan masa kecilmu hingga sekarang..” Sungkyu terdiam menatap jalan raya yang ramai di malam hari, namun akhirnya ia tersenyum lalu menoleh.
“kau tertarik padaku?” ia menggoda Jae In.
“bukan itu.. aku hanya ingin tahu.. barangkali aku bisa membantu” Sungkyu kembali tersenyum.
“tidak perlu.. aku tidak berniat mencarinya kembali kok.. aku terkadang belum bisa memaafkannya” Jae In tidak yakin siapa ‘dia’ dalam pembicaraan ini tapi ia bisa menebak bahwa yang dimaksud oleh sungkyu adalah ibunya.
“Ahh~ pokoknya ceritakan padaku~” Jae In memohon.
“kau yakin ingin mendengar?” “iya!”
“aku dilahirkan di Seoul, 28 April 1986 dengan nama Kim Sunggyu” “tunggu tunggu…” “aku tahu.. di kartu namaku.. itu sengaja dipalsukan” Sunggyu tertawa puas, Jae In menatapnya sinis.
“jangan bocorkan ini, oke! Klienku yang termanis” Sunggyu tersenyum pada Jae In dan balasannya hanya anggukan. “lanjutkan!” perintah Jae In.
“dari sejak bayi aku sudah sering menjadi bahan pertengkaran orangtuaku.. dan karena orangtuaku selalu bertengkar di depanku, sewaktu bayi aku sempat tidak bisa berbicara dan dianggap anak autis karena tekanan batin dalam diriku akibat mendengar pertengkaran yang seharusnya tak didengar oleh seorang bayi. Setelah aku bertumbuh semakin besar dan menerima penanganan khusus, aku memang bisa berbicara normal tapi aku menjadi anak yang tidak percaya diri. Setiap hari aku mendengar pertengkaran orangtuaku dan akhirnya aku tahu bahwa, ayah kandungku bukan ayah yang ada di sampingku. Aku sering diperlakukan tidak baik”
“jadi.. kau?”
“ibuku berselingkuh dengan pria lain, lebih tepatnya sebelum menikah dengan ayah tiriku, ibuku sudah mengandung” Jae In benar-benar kaget, tanpa sadar ia menutup mulutnya dengan tangan dan perlahan air matanya turun. Sungkyu juga sedang menahan air mata yang sudah memenuhi kelopak matanya itu, ia tidak bisa melihat jalan dengan jelas lagi, ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan, Jae In menoleh kearah Sungkyu, ia bisa melihat dengan jelas mata Sungkyu yang telah berkaca-kaca.
“maaf” suara Jae In parau karena menangis.
“pada umur 6 tahun ibuku akhirnya menaruhku di panti asuhan”
“stop..” potong Jae In sambil terisak.
“karena ancaman cerai dari ayah tiriku”
“stop.. stop.. kau tidak perlu melanjutkannya..” akhirnya air mata Sungkyu jatuh juga. Mereka berdua akhirnya terdiam.
“maafkan aku, sudah memintamu menceritakannya”
“ini bukan salahmu.. aku juga ingin menceritakannya padamu kemarin tapi terpotong dan juga aku belum siap”
“untuk sekarang ini, mari pergi ke pesta sunbae dulu. Tidak lucu kan kalau kita datang dengan mata sembab” Sungkyu mengangguk dan melanjukan mobilnya.

Dalam 15 menit mereka sampai di tempat pesta diadakan, Sungkyu turun terlebih dulu dan berniat untuk membukakan pintu Jae In agar terlihat romantis tapi Jae In sudah turun dari mobilnya, Sungkyu hanya bisa mencibir. Mereka memasuki halaman restoran dan bertemu dengan Howon dan Ho Min yang sudah mengencangkan gandengannya pada lengan Howon tanda berjaga-jaga.
“sunbae, selamat ulang tahun” Jae In menjabat tangan Howon dan memberikan tentengan berisi hadiah untuknya. “terima kasih” balas howon dengan senyum termanisnya namun wajahnya berubah sinis saat melihat Sungkyu. “mari masuk” Jae In menarik lengan Sungkyu yang membuat gyu tersenyum senang di depan Howon, Howon dan Homin mengikuti mereka berdua. Beberapa kali Howon melirik jam tangannya. “ahh.. sudah jam 8, pesta akan dimulai, aku akan naik ke panggung.” Homin tersenyum lalu melepaskan gandengan tangannya.
“emm.. selamat malam semuanya” seisi ruangan pun langsung berubah hening.
“terima kasih telah datang ke pestaku yang ke-20 ini. Ahaha aku jadi malu kalau menyebutkan umurku” seorang perempuan dan pria paruh baya keluar dari balik panggung dan berdiri di samping Howon, “sepertinya itu orangtua sunbae” bisik Jae In pada Sungkyu.
“terima kasih appa dan omma yang sudah merawatku sampai setua ini..” Howon merangkul kedua orangtuanya. Sungkyu yang semula tidak memperhatikan sekarang memalingkan pandangannya dan matanya terbelalak saat melihat kedua orangtua Howon. Jae In yang melihat perubahan ekspresi Sungkyu pun kebingungan.
“Sungkyu sshi.. ada apa?” Sungkyu hanya menjawabnya dengan air matanya yang mengalir. Jae In mengikuti arah pandang Sungkyu dan mengambil kesimpulan bahwa Sungkyu menangis karena orangtua Howon.
“apakah kau merindukan orangtuamu?” Jawaban Sungkyu hanya gelengan. Jae In mulai khawatir karena Sungkyu benar-benar menangis terisak sampai hampir seisi ruangan menatapinya, ibu Howon juga ikut menatap kearah Sungkyu, dan ia merasa ada yang mengganjal di hatinya dan ia merasa bahwa wajah Sungkyu familiar. Jae In pun menariknya keluar.
“ada apa? Apa yang sebenarnya terjadi?” Sungkyu masih terdiam, ia mencoba menghapus air matanya. Entah mengapa Jae In melihat ini lucu, ia merasa dirinya telah menemukan sisi imut Sungkyu yang selama ini sama sekali jauh dari image coolnya, perlahan senyum terkembang di bibir Jae In.
“hei.. ada apa? Untuk sekedar informasi, kau sudah berumur 26 tahun!” Sungkyu menatap Jae In sambil masih berusaha menghapus air matanya.
“memangnya cowok berumur 26 tahun tidak boleh menangis karena orangtuanya?” Jae In terdiam, berpikir.
“orangtuamu?” “orangtuaku.. orangtua Howon adalah orangtuaku. Ibu kandungku dan ayah tiriku yang kuceritakan padamu”
“HAHH? BAGAIMANA MUNGKIN??” Sungkyu spontan menutup mulut Jae In dan menarik tangannya lagi. “hei.. kecilkan suaramu” “bagaimana bisa?” ulang Jae In.
“aku juga tidak tahu.. tapi itu benar-benar ibuku, aku yakin sekali. Aku masih mengingat mukanya dengan jelas” Sungkyu teringat akan kenangan pahitnya saat ia ditinggal di pasar sendirian, saat ibunya memberinya uang di sakunya dan meninggalkannya LAGI di sebuah mall, dan yang terakhir saat ia dititipkan di panti asuhan oleh ibunya.
“hei.. sunbaemu itu umur berapa?” Tanya Sungkyu pada Jae In.
“Sunbae? Dia satu tahun di atasku jadi mungkin 20” Sungkyu terbelalak, disusul Jae In.
“tunggu… katamu pada umur 6, kau ditaruh di panti asuhan kan? Sedangkan kau dan sunbae berbeda 6 tahun.. berarti…..” Sungkyu mengangguk mengiyakan, seolah ia tahu isi pikiran Jae In.
“saat aku ditaruh di panti asuhan, ibuku sedang mengandung Howon” jawab Sungkyu. Jae In meringis. “Aku harus bertemu dengan mereka” Sungkyu menarik Jae In kedalam.

Mereka berdiri tidak jauh dari orangtua Howon. Kaki Sungkyu bergetar hebat, ini pertama kalinya dalam 20 tahun ia bertemu dengan orangtuanya. Jae In memegang pundak Sungkyu, berusaha menenangkannya. Dengan langkah yang mantap, Sungkyu menghampiri dan berdiri tepat di depan orangtua Howon yang berdiri di sudut ruangan. Sungkyu tidak mengucapkan satu patah kata pun. Orangtua Howon pun kelihatan bingung.
“maaf.. apa ada masalah?” Tanya ayah Howon. Entah mengapa, Sungkyu merasa bahwa dirinya jadi cengeng hari ini, ia mulai menangis lagi.
“eommaa~” suaranya bergetar. Ibu Howon shock ternyata orang yang dilihatnya menangis sewaktu di panggung tadi – sungkyu – benar-benar familiar, ia adalah anak kandungnya yang ia tinggalkan di pantu asuhan.
“siapa kau berani-beraninya memanggilku omma?” Ibu Howon berusaha menghindar.
“omma… jangan menghindar dengan berbohong tidak mengenaliku, aku tahu kau mengenaliku.”
“hei.. ia bilang ia tidak mengenalimu” ucap ayah Howon.
“aku juga tahu appa mengenaliku. Kalian berdua pasti mengingatku, terutama omma”
“untuk sekarang ini, akan kubiarkan seperti ini. Aku hanya ingin kalian tahu bahwa aku masih hidup dan sehat. Tapi aku akan datang sewaktu-waktu untuk meminta penjelasan. Selamat tinggal dan sampai jumpa” Sungkyu pamit pada orangtuanya dan menghampiri Jae In.
“Hah.. orang gila” gumam Ny. Lee sambil tersenyum tipis. Di dalam hatinya ada sebersit perasaan bersalah dan senang melihat Sungkyu, anaknya.
Ia melihat Jae In sedang mengobrol dengan Howon, menghampiri mereka. “apa yang kalian bicarakan?”
“ahh?” Jae In menoleh ke sebelahnya. “tentang kuliah” Sungkyu mengangguk.
“kalian dekat yah? Pertama bertemu denganmu saja, kau sedang bertemu dengannya di café” ucap Sungkyu.
“kita memang dekat.. dekat sekali…” Jawab Howon langsung, Jae In merasa senang dalam hatinya. ‘aku membiarkan kau mengambil orangtuaku, tapi tidak Jae In juga’ batin Sungkyu.
“jadi begitu... Bagaimana dengan Homin?” Tanya Sungkyu menggoda.
“dia pacarku..” “kalau begitu, Jae In jatahku!” Jawab Sungkyu cepat sambil menarik Jae In dalam rangkulannya. Jantung Jae In berdetak kencang, ia merasakan perasaan aneh ini lagi, sebenarnya perasaan apa ini.
“walaupun begitu, tapi ia tetap saja hobae-ku di kampus. Tanpaku ia kesulitan” jawab Howon tak mau kalah.
“tapi tetap saja, dia yang memintaku menemaninya belanja” Jae In hanya menunduk malu di tengah pertengkaran kedua cowok kekanak-kanakan ini, karena Sungkyu masih merangkulnya dan juga ia malu merasa di perebutkan. Akhirnya, Howon dan Sungkyu terdiam melihat Jae In yang hanya bengong sedari tadi, Sungkyu melepas rangkulannya.
“Jae In.. kau merasa tidak sehat?” Tanya Howon khawatir. “apa jangan-jangan tadi kau meminum vodka atau semacamnya?” Tanya Sungkyu was-was, takut-takut dia mabuk lagi. Jae In menggeleng “tidak.. kalian berdua membuatku merasa diperebutkan ahahaa aku jadi malu” jawab Jae In jujur. Sungkyu dan Howon pun tertawa mendengarnya.

Sungkyu terbangun, dan melihat sekeliling. Ia tertidur diatas meja dengan pen ditangan dan buku yang dijadikan bantal. Ia lalu meregangkan badannya dan melihat jam dindingnya.
“sudah jam tujuh” gumamnya sambil menguap dan berjalan keluar.
“Woohyunie” hening. “Woohyun” tidak ada jawaban. “Woohyun” tidak ada yang menjawab, Sunggyu berjalan ke kalender dan melihat tanggal hari ini. “ahh~ makam! Woohyun pergi ke makam”
½ jam setelahnya, Sunggyu sudah berada di sebelah Woohyun membawa sebucket bunga tulip.
“noona.. noona.. bagaimana keadaanmu sekarang? Kami baik-baik saja disini.. tidak perlu khawatir” ucap Woohyun sambil menaruh bunga tulipnya diatas makam noona-nya.
“noona.. aku rindu padamu! Tidak terasa.. sudah 7 tahun semenjak kau pergi.. noona… apakah salah kalau aku menemukan penggantimu?” Woohyun melirik Sungkyu sambil tersenyum tipis. “aku menyukai perempuan lain.. aku sering berpikir, apakah yang aku rasakan ini benar. Tapi, ia benar-benar mirip denganmu! Bukan wajahnya tapi sikapnya, oh iya, belakangan ini.. aku sering bermimpi akan masa laluku.. aku rasa aku benar-benar merindukanmu noona” Sungkyu menaruh bunga tulipnya di sebelah bunga Woohyun.
“noona.. ia bohong! Jangan percaya padanya, yang ia pikirkan setiap hari hanya Jae In, Jae In dan Jae In..” Sungkyu menyenggol Woohyun dengan lengannya.
“yaa ~.. bagaimana bisa kau berkata seperti itu pada noona” Woohyun tersenyum lalu melanjutkan kalimatnya, “tapi aku yakin noona pasti menerimanya.. karena noona adalah kakak yang terbaik di dunia ini” Sunggyu tiba-tiba teringat akan pertemuannya dengan ibunya kemarin.
“oh ya noona! Kemarin aku bertemu dengan ibu kandungku! Ini sebuah keajaiban bukan.. ahahahaha” Woohyun menatap sahabatnya itu sambil bertanya-tanya.
Woohyun yang duduk di kursi penumpang sedari tadi tidak berhenti berpikir akan perkataan sunggyu “gyuu~” “hmm?”
“kau bertemu dengan ibumu kemarin?”
“yaa… bukankah ini sebuah keajaiban? Setelah 20 tahun akhirnya aku bertemu dengan ibuku lagi di pesta ulang tahun ‘saudaraku’”
“saudaramu?” Tanya Woohyun heran.
“yaa… saudaraku, Lee Howon. Kita satu ibu tetapi lain ayah, aku juga baru tahu kemarin kok” Woohyun kaget mendengarnya.
“kau senang bertemu ibumu?” tanyanya lagi.
“tentu saja! Memangnya kau tidak pernah merindukan ibumu?”
“tentu saja sering! Tapi terkadang aku juga kesal dengannya karena meninggalkanku sendirian.. kau tidak ada perasaan kesal atau benci atau apapun itu?”
“tentu saja aku merasakan hal-hal itu, perasaan kesal dan kecewa pada ibuku tapi perasaan senang dalam diriku menutupi perasaan kesal itu, aku benar-benar merindukannya, walaupun ia meninggalkanku sendirian di panti asuhan tapi aku juga ingat beberapa kenangan manisku dengan omma”
“aku salut denganmu. Kau bisa tumbuh menjadi pribadi yang dewasa, bijaksana, dan ramah tanpa bimbingan orangtuamu, aku bangga menjadi temanmu” Woohyun menatap Sungkyu bangga.
“ini semua karena ahjussi.. aku belajar banyak darinya, ia orang yang baik”
“hei.. omong-omong soal ahjussi, kau belum pernah menceritakan dengan detail bagaimana kau bisa mewariskan toko rotinya! Kau harus menceritakannya padaku! Aku memiliki saham 30%!”
“emm soal itu……..” Sungkyu menatap Woohyun sambil nyengir kuda.



To Be Continued...

Saturday, August 4, 2012

[Fanfiction] Infinite Sunggyu 'My Real Story' chapter 4

Sebelumnya, aku mau minta maaf yahh~ karena updatenya super lama ^^v hehehehee sekarang udah masuk tahun ajaran baru jadi sibuk banyak tugas :'( semoga pada suka yah sama lanjutannya :DD :P



Main Cast:
-Kim Sunggyu as Kim Sungkyu
-Lee Howon/Hoya as Lee Howon
-You(?) as Heo Jae In :D

Other Cast:
-Kim Myungsoo/L as Kim Myungsoo
-Marcella (temenku :D) as Han Seul
-Nam Woohyun as Nam Woohyun
-Nam Minkyung (bukan siapa-siapa :P) as Nam Minkyung

Disclaimer: I dont own Infinite member, the story character and plot is own and made originally by me. I dont own the pictures, I just edited it.

Happy reading~ ^.^


Sungkyu segera merogoh kantongnya untuk mencari ponselnya, ia menekan tombol-tombol di ponselnya secepat kilat. “ha.. halo.. tolong.. ada yang pingsan.. tolong segera datang” Sungkyu segera menutup ponselnya dan menepuk-nepuk Minkyung. “nuna.. kau akan baik-baik saja kan? Kenapa kau tidak bilang daritadi kalau kau alergi bunga?!!” Sungkyu menggendong Minkyung keluar dari gedung sekolah.
Ia mengetuk-ngetuk kakinya di jalan di depan pintu gerbang sekolah, sunggyu melongokkan mukanya dengan gelisah, menunggu ambulans datang dan tidak lama ambulans akhirnya datang, sunggyu berjalan mendekati ambulans sambil menidurkan Minkyung di ranjang ambulans lalu masuk ke dalam ambulans.
“ha.. hallo? Woohyun-ahh~” sahut Sungkyu ketika telepon tersambung ke Woohyun.
“nee.. awda awpa?” jawab Woohyun dengan susah payah karena ia sedang makan dengan pacarnya sekarang ini.
“Minkyung nuna pingsan karena alergi bunga, Woohyun.. cepat kesini”
“ahh tapi..” Woohyun melirik pacarnya yang sudah memasang wajah ada-apanya itu.
“okelahh.. tapi dimana?”
“di rumah sakit dekat sekolah Minkyung nuna.. kamar 202” balas orang di seberang sana.
“aku akan tiba disana dalam dua puluh menit” Woohyun menutup ponselnya lalu menatap pacarnya dengan wajah penuh maaf.
“maafkan aku, Jaerin.. aku harus pergi.. kakakku masuk rumah sakit” Woohyun terlihat tidak tega meninggalkan pacarnya sendirian.
“aku sangat menyesal.. kita bisa pergi makan lagi besok.. kau mau?” dengan senyum terkembang, pacar Woohyun menganggukkan kepalanya membuat Woohyun tersenyum.
“terima kasih” Woohyun akhirnya beranjak dari kursinya. “aku pergi dulu yah?” Woohyun tersenyum sekali lagi lalu berjalan ke meja kasir, membayar makan mereka lalu pergi.
Woohyun langsung menyambar helm diatas motornya lalu naik ke motornya, melajukan motornya dengan secepat mungkin tapi tetap berhati-hati. Setelah menempuh perjalanan sekitar 15 menit, ia telah memarkirkan motornya dan langsung berlari menuju gedung rumah sakit.

“bagaimana keadaan nuna? Apakah parah?” Tanya Woohyun cemas saat bertemu dengan Sunggyu di depan kamar nuna-nya. “Woohyun-ahh~ apakah kau tidak tahu nuna alergi bunga? tadi waktu aku memberinya bunga, dia jadi sesak nafas lalu jatuh pingsan karena tidak bisa bernafas dengan normal..” “aku tidak tahu.. jadi bagaimana keadaannya sekarang?” “sekarang keadaannya sudah normal” jawab Sunggyu. “lalu kenapa kau diam disini?” “ada ibumu di dalam” “benarkah?” Woohyun langsung membuka pintu kamar nuna-nya itu dan melihat ibunya disana. Air matanya perlahan terjatuh, ia sangat merindukan ibunya, bagaimana tidak, ia hampir tidak pernah melihat orangtuanya pulang, semua uang untuk membiayai hidupnya dikirim ke rekening kakaknya. Woohyun langsung memeluk ibunya. Pintu kamar rumah sakit masih terbuka dan Sungkyu berdiri di depannya, melihat Woohyun yang sedang memeluk ibunya, air mata Sungkyu ikut terjatuh, akhirnya air mata yang ditahannya sejak di sekolah itupun turun dengan deras, ia lebih merindukan ibunya daripada Woohyun merindukan ibunya sendiri. “Omm…mma~” panggil Sungkyu sambil terduduk di lantai.

õõõõ

“OMMAA” teriak Sungkyu sambil terduduk di ranjangnya. Ia mengelap keringat di keningnya dengan punggung tangannya. ‘kenapa belakangan ini aku terus memimpikan masa laluku?’ pikir Sungkyu, ia menatap jam di sebelah ranjangnya. ‘sudah jam 6’ gumam Sungkyu sambil menguap lalu beranjak dari tempat tidurnya.
“Woohyunie~” teriak Sungkyu. “wae?” Woohyun muncul dari balik dapur. Seperti biasa, sambil meminum susunya. Ia hampir saja tersedak saat melihat temannya sudah berpakaian rapi. “uwaa!! Ada angin apa kau sudah rapi pagi-pagi begini?” Woohyun menghampirinya. Bahkan dirinya masih menggunakan baju training yang dikenakannya untuk olahraga pagi. “sebaiknya kau cepat mandi.. kau bau” dorong Sungkyu saat Woohyun mendekatinya. “baiklah.. tunggu disini!! Jangan tidur lagi yah” Woohyun meraih handuknya. “tidak akan!!”

Sungkyu keluar dari kantornya sambil meregangkan ototnya yang kaku karena duduk terus sedari tadi.
“woohyunie~ ayo pergi makan” Sungkyu menghampiri Woohyun yang sedang sibuk mengecek list persediaan tepung dan lain-lain. “ayoo..” Woohyun menaruh bukunya diatas rak lalu mengikuti Sungkyu. Sungkyu tersenyum melihat toko yang mulai ramai karena jam makan siang. Saat sedang melihat-lihat, Sungkyu mengenali seseorang, senyumnya semakin lebar sewaktu ia menghampirinya. Woohyun yang bingung temannya berjalan kearah lain dari pintu keluar akhirnya menoleh dan melihat sosok itu juga, sosok yang familiar baginya dengan ragu-ragu ia mendekati gadis itu.
“Heo Jae In sshi” “Heo Jae Rin~” sapa Sungkyu dan Woohyun bersamaan. Jae In dan Jae Rin saling bertatapan, Sungkyu dan Woohyun juga. “ehh kau mengenalnya?” Tanya Woohyun gelagagapan sambil menunjuk Jae Rin. “anii… aku mengenalnya” tunjuk Sungkyu ke Jae In. “kau datang lagi..” ucap Sungkyu menujukannya pada Jae In. “ini gara-gara onnie~ dia mengajakku makan dan tiba-tiba kami sudah sampai disini, katanya ia mencari seseorang” balas Jae In yang diikuti oleh pukulan dari Jae Rin, meskipun begitu Sungkyu tetap senang dan tersenyum, berbeda dengan Woohyun yang sepertinya terlihat sedih. “kau datang mencariku?” tanya Woohyun ragu, “tidak..” Jae Rin membuang muka lalu menatap Sungkyu “aku mencarinya” tangannya terarah ke Sungkyu. “mencariku?” “kau.. aku suka padamu” Sungkyu kebingungan, ia sama sekali tidak mengenalnya dan belum pernah bertemu dengannya tapi… Jae In melihat onnie-nya dengan pandangan tidak percaya. “kau saling mengenal?” Tanya Jae In kaget. “dia pernah kencan sehari denganku” jawab Jae Rin acuh tak acuh. ‘benarkah?’ Tanya Sungkyu dalam hati. Jae In merasa lega, entah mengapa. Sedangkan, tidak ada yang sadar kalau Woohyun sudah menundukkan wajahnya, sedih. Mengingat masa lalunya dengan Jae Rin, tapi kenapa Jae Rin membuatnya menjadi seperti orang jahat?! ‘ Jaerin-ahh~ yang menghancurkan hubungan ini kan kau.. kau yang meninggalkanku’ batin Woohyun.
“Jae In” Howon yang baru datang tiba-tiba langsung menghampiri mereka berempat lalu menarik tangan Jae In. “apa-apaan ini?” Sungkyu menarik tangan Howon, melepaskannya dari tangan Jae In. “kapan dia datang?!” Tanya Sungkyu lebih kepada dirinya sendiri. “ini adalah sebuah kebetulan yang sangat kebetulan” Jae In terlihat bingung melihat semuanya berkumpul disini. “Heo Jae In~ kau terus menghindariku.. akhirnya aku menemukanmu juga” Sungkyu menatap mereka berdua tidak percaya.
Dalam hati Jae In sebenarnya ia sudah berbunga-bunga tapi ia menyembunyikannya “aku tidak menghindari sunbae.. jangan mencariku lagi, nanti Homin salah paham” Sungkyu mengangguk-angguk senang. “apa maksudmu? Dia mengerti kok kalau kita hanya sebatas sunbae dan hobae” tiba-tiba suasana hati Jae In jadi buruk “ada apa sunbae mencariku?” “sebentar lagi kan ulangtahunku.. aku akan mengadakan pesta, kau datang kan?” Tanya Howon ragu. “aku datang” jawab Jae In setengah hati. “kalau Jae In ikut, aku ikut” tambah Sungkyu. “apaa? Kau ikut?” Howon shock mendengar perkataan Sungkyu. “nee… kenapa?” “yahh terserah apa maumulah~ nanti tempat pestanya akan kukirim ke rumahmu, Jae in.. sudah dulu, aku ada kelas” Howon langsung meninggalkan mereka semua.
Howon berdiri disamping pintu kaca toko bakery, memegang dadanya yang berdetak tidak karuan itu. “ahh ani… tidak mungkin” Howon menggeleng-gelengkan kepalanya lalu lanjut berjalan.

Besok adalah hari dimana pesta Howon diadakan, tapi Jae In masih belum menemukan dress yang akan dipakainya hari itu. “onnie~ tidak bisakah kau menemaniku memilih baju? Kau kan tahu, aku tidak bisa memilih bajuku sendiri” sahut Jae In pada handphonenya yang sedang tersambung dengan onnie-nya itu. “onnie tidak bisa.. onnie ada wawancara kerja hari ini.. kau minta pada Seul, ne?” balas onnie-nya diseberang sana. “ahhh~ onnniieee~” Jae In merengek seperti anak kecil tapi setelah itu ia menambahkan “arasseo16~ semoga beruntung!” “nee..” balas onnie-nya singkat lalu sambungan pun terputus. Jae In mengetik sebuah sms untuk Seul.
‘Seul~ bisa temani aku memilih dress sekarang?’ Jae In mengirim sms itu namun dalam hatinya ia tahu Seul pasti tidak bisa tapi ia masih berharap.
Balasan dari Seul datang dengan sangat cepat ‘mian Jae In-ahh~ aku sudah ada janji dengan Myungsoo’ ‘benar saja kan’ ucap Jae In dalam hati sambil menghela nafas. ‘yasudah.. tidak apa-apa, have fun!’ balas Jae In. Ia menyeruput Ice Green Tea-nya sambil memandangi handphonenya.
‘apa tidak ada yang bisa kuajak pergi lagi?!’ pikirnya dalam hati sambil melihat contact list handphonenya dan ia berhenti meng-scroll halamannya ketika ia melihat tulisan ‘Sunggyu sshi (jasa kencan sehari)’ ‘hmm… apa aku minta jasanya saja yah?’ pikir Jae In lagi, dan akhirnya ia menekan tombol hijau. Jantung Jae In berdegup kencang entah kenapa, nada sambung masih berbunyi sampai kira-kira 5 detik sebelum telepon mati akhirnya telepon tersambung “yeoboseyo17” sahut Sungkyu. “yeoboseyo.. Sungkyu sshi?” Tanya Jae In ragu. “nee.. ini siapa?” Tanya balik Sungkyu. “emm…” Jae In menarik nafas dalam, jantungnya berdegup kencang “ini Jae In..”
“ahh~ ada apa?” Tanya Sungkyu sambil tersenyum, ia seperti sudah akan meledak karena terlalu senang. “emm.. itu.. hari ini kau sibuk?” Sungkyu semakin senang mendengarnya. “emm.. ya, memang ada apa?” “ahh~ tidak jadi deh kalau kau sibuk” Sungkyu memukul jidatnya pelan, menyesal?! “ahh tidak apa-apa, aku bisa meluangkan waktuku” “emm.. aku ingin meminta jasamu..” Sungkyu kini tertawa tanpa suara. “jasa apa?” Tanya Sungkyu pura-pura tidak tahu. “jasa itu..” “kencan sehari” sambung Jae In dengan suara mengecil, karena tidak tega Sungkyu langsung menjawab “ahh~ bisa.. hari ini?” Tanya Sungkyu lagi. “nee… kau datang saja ke Woolim Department Store, aku sedang ada di café Paradise” “ahh nee… aku akan tiba dalam 20 menit” balas Sungkyu sambil menutup sambungan handphonenya dan segera beranjak dari kantornya. “Woohyun~ aku dipanggil untuk jasa kencan” Sungkyu menghampiri Woohyun sambil menepuk pundaknya “ahh nee? Yasudah sana pergi” usir Woohyun tidak peduli. “Nanti kalau sudah tutup kau pulang saja, tidak perlu menungguku” “nee!!” jawab Woohyun singkat.

Jae In menyeruput Ice Green Tea-nya lagi sambil membaca majalah yang sedari tadi hanya dibolak-balik olehnya. ‘slurrpppp~’ Jae In mengalihkan pandangannya ke minumannya. ‘habis’ gumam Jae In. “ahh~” sontak Jae In terlonjak kaget karena ia merasakan sesuatu yang dingin menempel dipipinya. Sungkyu menempelkan Iced Americano miliknya ke pipi Jae In sambil tersenyum lebar. “ahh!! Kupikir apaan” Jae In memegang pipinya yang basah. “maaf lama..” kata Sungkyu sambil meminum Iced Americano miliknya. Suasana benar-benar hening, Jae In sesekali berdeham sampai akhirnya Sungkyu buka suara “kau kenapa meminta jasaku?” “emm.. itu.. besok kan pesta ulang tahun sunbae..” “ahh iya…” angguk Sungkyu baru ingat. “aku tidak ada yang menemani mencari dress jadi aku minta jasamu” cengir Jae In. Ia mengira akan melihat muka kaget dimuka Sungkyu tapi ternyata tidak. “kau tidak apa-apa menemaniku memilih dress?” Tanya Jae In tidak yakin. “kenapa tidak?” Tanya Sungkyu datar. “aku juga belum dapat jas.. cari bareng saja” jawab Sungkyu santai sambil menghabiskan minumannya. “ayoo..” Sungkyu berdiri dari sofanya lalu mereka berdua berjalan keluar café.

             Jae In mengamati dress-dress yang terpampang dihadapannya “hmm.. bagaimana dengan yang ini” Jae In menarik keluar short black dress. Sungkyu mengamati, ia sepertinya sedang membayangkan lalu ia menggeleng, Jae In mengikuti lalu mengembalikan dress itu, ia kembali menarik short dress, kali ini berwarna merah. Jae In menyodorkannya ke Sungkyu lalu Sungkyu pun mengangguk “coba..” Sungkyu mendorong Jae In masuk ke dalam fitting room. Selagi Jae In mencoba baju, Sungkyu melihat-lihat jas, ia lalu menarik sebuah jas hitam, terlihat classic tapi tanpa berpikir lagi, sungkyu langsung membawa jas itu ditangannya.

Jae In keluar dari fitting room dengan malu-malu. “bagaimana?” Tanya Jae In ragu. Tentu saja hati Sungkyu yang lemah itu berdetak sangat kencang, tapi ia tidak menunjukkannya di wajahnya. “emm.. bagus.. apa kau suka?” Jae In mengangguk. “tapi apa tidak terlalu terbuka?” ia melihat punggungnya yang sedikit terbuka pada bagian atasnya. “tidakk.. tidak apa-apa” “ya sudah aku pilih yang ini saja” Jae In masuk ke dalam fitting room kembali, Sungkyu langsung terduduk di sofa sambil memegang dadanya. “dia seharusnya tidak memintaku menemaninya memilih dress” gumam Sungkyu. Tak lama, Jae In keluar dari fitting room sambil membawa dress-nya.
“aku sudah dapat.. jadi sekarang kau yang cari jas-mu” Jae In melihat jas ditangan Sungkyu dan menambahkan “ahh kau sudah dapat?” Tanya Jae In bingung, Sungkyu hanya menjawab dengan anggukan, keadaannya terlalu canggung. “ayo bayar” akhirnya Sungkyu berdiri dan berjalan ke meja kasir.
Ketika mereka sedang membayar baju mereka. Perut Jae In tanpa peringatan tiba-tiba berbunyi, dan Sungkyu mendengar bunyi itu. Sungkyu tidak berdaya untuk menahan tawanya. “kau lapar yah?” Tanya Sungkyu sambil tertawa. Jae In benar-benar malu, ia hanya bisa mengangguk. Sungkyu merangkul bahu Jae In dan berjalan keluar dari toko. “ayo kita makan! Aku tahu tempat yang enak disini” Jae In hanya bisa tersenyum pahit kearah Sungkyu. Mereka memasuki restoran bernama ‘The Chase’ dan duduk di salah satu kursi kosong, memesan makanan masing-masing. Suasana jadi hening tapi Sungkyu akhirnya memecahkan keheningan itu.
“emm… yang kemarin itu kakakmu?” tanya Sungkyu hati-hati. Jae In hanya mengangguk tapi akhirnya membuka suara “umur kami berbeda 2 tahun” sekarang giliran Sungkyu mengangguk. “aku baru tahu kau punya kakak” sahut Sungkyu yang dibalas senyum tipis dari Jae In. “yang kemarin adikmu?” Tanya Jae In, seorang pelayan datang mengantarkan minuman mereka. “woohyun? Dia temanku..” Jae In mengangguk-angguk mengerti “sepertinya sekarang saatnya aku menceritakannya padamu” “apa?” balas Jae In yang disusul helaan nafas Sungkyu.



To Be Continued...



16  (saya) mengerti
17   hallo (digunakan saat telepon)

Wednesday, June 6, 2012

[Fanciftion] Infinite Sunggyu 'My Real Story' chapter 3

maaf yah update-nya lama~ abis lagi ga mood sih :D jangan lupa yah tinggalkan comment~ :P
kritik dan saran nya juga diterima! LOL



Main Cast:
-Kim Sunggyu as Kim Sungkyu
-Lee Howon/Hoya as Lee Howon
-You(?) as Heo Jae In :D

Other Cast:
-Kim Myungsoo/L as Kim Myungsoo
-Marcella (temenku :D) as Han Seul
-Nam Woohyun as Nam Woohyun
-Nam Minkyung (bukan siapa-siapa :P) as Nam Minkyung

Disclaimer: I dont own Infinite member, the story character and plot is own and made originally by me. I dont own the pictures, I just edited it.

Happy reading~ ^.^


"oya~ aku ada satu permintaan” ucap Sungkyu. “apa itu?” Tanya ahjussi padanya.
             “bolehkah aku tinggal disini, ahjussi?”
             “tinggal?!” ulang sang ahjussi.
             “ya~ bisakah aku tinggal disini?” Tanya Sungkyu sekali lagi. Ahjussi terlihat ragu.
             “hmm… sebenarnya kami ada gudang kosong” mata Sungkyu langsung berbinar-binar. “benarkah?” tanyanya riang. “tapi gudang itu sangat kotor” balas ahjussi. Ahjussi piker ekspresi Sungkyu akan down tapi ternyata masih senang. “tidak masalah kok!! Nanti kubereskan” jawab Sungkyu gembira. Ahjussi itu tersenyum “baiklah~ kau bisa memakainya” lalu ahjussi menuntun Sungkyu ke gudang yang dibahas-bahas itu. Sungkyu mengangguk lalu membuka pintunya perlahan. Ia terlihat terkejut untuk sementara tapi raut wajahnya langsung berubah tersenyum. “ahjussi~ bolehkah aku pinjam sapu dan pel?” Sungkyu mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya, peace. “tentu saja boleh.. ambil saja disana” ahjussi menunjuk benda yang dimaksud. “ahh~ neomu gamsahamnida, ahjussi12” Sungkyu membungkuk pada ahjussi, ahjussi hanya mengangguk, menepuk bahunya lalu pergi. Sungkyu akhirnya membersihkan gudang kosong itu dan setelah selesai, ia keluar untuk menjalankan trainingnya. Ia melakukan semuanya dengan sangat baik, ahjussi sangat senang padanya, bahkan ahjumma sudah menerimanya.

             ‘hari ini cerah sekali’ pikir Sungkyu, ia tengah berdiri di sebelah pintu masuk, siap menyambut setiap pembeli yang datang.
             Sungkyu terkejut dan juga senang saat melihat anak remaja yang waktu itu datang lagi ke toko roti itu. Ia membukakan pintu untuknya dan adiknya, woohyun.
             “ohh~ kau anak yang waktu itu” remaja itu masih ingat dengan Sungkyu, Sungkyu sangat senang. “nee~” balas Sungkyu sambil tersenyum. “kau bekerja disini?” Tanya remaja itu pada Sungkyu, Sungkyu mengantarkannya pada salah satu tempat duduk yang masih kosong. “nee~ untuk mencari penghasilan” Sungkyu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu. “ahh~ mau duduk bersama kami?” Tanya remaja itu ramah. Sungkyu celingak-celinguk untuk melihat apakah toko sedang sepi ataukah ramai lalu ia memutuskan “boleh.. tapi tidak bisa lama-lama” balas Sungkyu lalu duduk di hadapan remaja itu dan Woohyun. “kau tidak sekolah?” remaja itu berbicara sambil melihat buku menu. “tidak.. dulu aku mendapatkan pelajaran dari pantu asuhan yang kutempati, tapi aku lari darisana” Sungkyu menundukkan wajahnya, malu. “emm.. kita belum berkenalan yah” remaja itu berusaha untuk mengalihkan pembicaraan. “namaku Nam Min Kyung dan ini adikku Nam Woo Hyun” “ahh~ aku Kim Sungkyu” “oia~ berapa umurmu? Kau kelihatannya seumur dengan adikku” sahut Minkyung sambil melirik adiknya. “aku 14 tahun” “ohh!! Benar kan!! Sama~” Sungkyu tersenyum pada Woohyun yang juga balas tersenyum.

             Matahari pagi menerobos masuk melalui celah-celah korden kamar Sungkyu. Ia membuka mata sipitnya perlahan, ia melihat jam. Lalu berdiri lunglai, berjalan ke meja makannya dan duduk disana. “hey~ sudah bangun? Pagi ini kita harus survei ke bakery” Woohyun datang sambil meneguk segelas susu dan menepuk pundak Sungkyu, Sungkyu mengucek matanya pelan. “ahh~ kau saja yah” Sungkyu akhirnya berdiri dan berjalan ke kamarnya, mencoba untuk tidur lagi tapi Woohyun menarik bajunya “eitts~ tidak ada! Kau harus ikut.. gimana sih? Yang punya toko itu kan kamu” Woohyun mendorong Sungkyu masuk ke kamar mandi. “sana~ cepat mandi” dengan setengah sadar, ia menyalakan shower “aaa~ dingin” teriak Sungkyu saat terkena air. Woohyun tersenyum melihat tingkah temannya yang seenaknya itu, dia sudah terbiasa dengan itu. Bagaimana tidak? Sudah 6 tahun mereka tinggal bersama.
            
õõõõ

Jae In berjalan menyusuri jalanan kota Seoul, bunga-bunga berjatuhan, musim semi telah datang. Jae In membuka tangannya, bunga-bunga berjatuhan di tangannya, ia tersenyum tipis.
             Dari kejauhan sudah terlihat halte bus yang mulai dipenuhi oleh orang-orang itu, Jae In menghampirinya dan berdiri diantara kerumunan orang-orang itu. Tetapi tiba-tiba saja perutnya berbunyi ‘ehh~ ada apa ini?” Jae In melirik jam tangannya “ahh~ sudah jam 1 siang” gumamnya. Ia melirik sekitar untuk melihat adakah toko yang menjual makanan dan matanya tertuju pada toko roti yang terletak tidak jauh di seberang halte, ia tersenyum tipis lalu menunggu lampu penyeberangan berubah hijau, ia menyeberang jalan dan sampai pada toko roti itu, dari kejauhan sudah tercium wangi roti yang khas membuat perutnya semakin lapar, Jae In segera mendorong pintu kacanya dan seorang pegawai menyambutnya dan megantarnya ke tempat duduknya. Jae In melihat buku menu dengan seksama. Ini benar-benar toko khusus roti dan kue bahkan buku menunya dipenuhi berbagai macam jenis roti mulai dari roti isi biasa sampai roti prata dari India. Setelah memutuskan pesanannya, Jae In memanggil pelayan tetapi suasana bakery sedang sangat ramai jadi hampir tidak ada yang melihat Jae In.
             Sunggyu keluar dari dapur dan melihat ada seorang pelanggan yang daritadi mengangkat tangannya tapi tidak ada yang menghiraukan “hei~ woohyun.. kau lanjutkan dulu, aku akan melayani pelanggan” pesan Sungkyu sambil menepuk pundak Woohyun dan meninggalkannya. Sungkyu berjalan mendekatinya dan ia baru sadar kalau pelanggan itu adalah Jae In, langkah kakinya sempat terhenti tapi dengan senang Sungkyu menghampirinya. “mau pesan apa nona Heo?” Tanya Sungkyu ketika ia sampai di tempat duduk Jae In. Jae In kelihatan kaget “ahh~ Sungkyu sshi13” Sungkyu tersenyum dan duduk di depannya. “kebetulan sekali bisa bertemu lagi disini” Jae In mendengus mendengar perkataan Sungkyu. “jangan begitu, kau sangat beruntung bertemu denganku disini tau.. kau mau pesan apa?” Tanya Sungkyu. “ada apa? Kau mau mentraktirku lagi? Kali ini aku saja yang mentraktirmu.. aku sudah cukup berhutang budi padamu” “ahh? Kau yakin? Roti disini lumayan mahal-mahal lohh” Sungkyu langsung merebut buku menu dan memilih satu. Sungkyu mengangkat tangannya dan semua pegawai langsung mengalihkan pandangan ke Sungkyu “ada apa boss?” sahut seorang pegawai pria yang segera menghampirinya. Sungkyu menepuk pelan kaki pelayan itu “ahh~ boss apanya? Ahahaa” tawa Sungkyu garing, Jae In mencium sesuatu yang mencurigakan. “kami mau pesan ini dan ini” ‘sial! Dia pesan yang paling mahal’ batin Jae In. ‘kenapa pesanan kami datang paling cepat?’ pikir Jae In kebingungan, semuanya terasa aneh tapi ia sangat menikmati roti croissant coklat dan segelas teh hangat miliknya. “heii boss!! Tadi bilangnya ingin melayani pelanggan tapi sekarang malah menikmati makanan bakery sendiri” Woohyun tiba-tiba saja datang dan membuat Sungkyu kaget. Sungkyu sudah hampir meledak karena Woohyun membuka semua rahasianya. “YAA14!!” Sungkyu memukul pinggang Woohyun dan sukses membuatnya kebingungan, Sungkyu langsung beranjak dari tempat duduknya, meninggalkan Jae In yang sekarang sudah menemukan titik terangnya. ‘ahh~ benar kan! Memang ada yang aneh, ternyata dia pemilik tempat ini’ angguk Jae In mengerti. ‘ehh~ berarti dia punya dua pekerjaan dong?’ pikir Jae In dalam hati. Ia melanjutkan makannya tanpa beban dan beberapa kali tersenyum, ‘rotinya sangat enak’ gumamnya. Sungkyu yang melihat dari kejauhan tersenyum dan melanjutkan tugasnya.
             Jae In kembali mengangkat tangannya, kali ini ada yang meladeninya karena bakery sudah mulai menyepi. “ada yang bisa kami bantu?” “tolong bill-nya” Jae In tersenyum pada pelayan perempuan itu. Pelayan itupun pergi ke meja kasir, berbincang kecil lalu kembali ke meja Jae In. “Nona, bill-nya sudah dibayarkan oleh boss kami” Jae In yang sedang minum hampir tersedak mendengarnya. “lagi?” pikir Jae In yang ternyata pikirannya terucap. “bolehkah aku bertemu dengan boss kalian?” “tunggu sebentar, biar kami tanyakan dulu”
             “biar kami antar” jawab pelayan itu ketika kembali lalu mengantarkan Jae In ke kantornya.
“Woohyun~ bisakah kau keluar sebentar” cengir Sungkyu ke teman baiknya itu, Woohyun mencibir lalu keluar dari kantornya, ia bertemu muka dengan Jae In lalu tersenyum padanya. Jae In bingung apakah harus dibalas tapi akhirnya ia tersenyum juga.
             “ada apa mencariku?” Sungkyu berlagak serius padahal ia sedang menahan tawanya.
 “kau ternyata pemilik tempat ini yah” Jae In memicingkan matanya pada Sungkyu.
             “hmm… aku kan perlu biaya untuk penghidupan, kalau aku Cuma berpegang pada jasa kencan sehari, makan apa aku?” Sungkyu tertawa. “tapi kau tidak perlu membayarkan ini juga untukku” Jae In menatap Sungkyu, membuat hati Sungkyu bergetar, ia memalingkan wajahnya. “tidak masalah.. aku tulus kok membayarkannya” “akhirnya aku mengerti kenapa tadi kau bilang aku beruntung bertemu denganmu disini” Jae In tertawa membuat Sungkyu kembali memalingkan wajahnya ke Jae In dan tersenyum. Jam dinding dibelakang meja Sungkyu berbunyi membuat Jae In mencar-cari sumber suara tersebut dan menemukan jam sudah menunjukkan angka 2. “ahh~ sudah jam 2?! Aku harus berangkat” Jae In segera beranjak dari tempat duduknya dan baru akan berjalan saat Sungkyu menahan tangannya. “mau kemana?” Tanya Sungkyu. “kuliah” jawab Jae In. “kuantar” Sungkyu menarik tangan Jae In dan membawanya ke mobil.

             “terima kasih, sudah sangat baik padaku hari ini” ucap Jae In saat hendak turun dari mobil Sungkyu.
             “kita akan bertemu lagi kan?” kata-kata itu meluncur dengan sendirinya dari bibir Sungkyu. Jae In kaget mendengarnya. “ahh? Mungkin” Jae In menutup pintu mobil, Sungkyu menurunkan jendela mobilnya. “kalau kau butuh aku, telpon aku” “nee~ ayo cepat pergi” Jae In melambaikan tangannya, Sungkyu mengangkat tangannya lalu menjalankan mobilnya meninggalkan Jae In.
             “oppa~” Ho Min menyambar tangan Howon. Howon kaget melihat Homin “kenapa kau ada disini?” Tanya Howon sambil menatap Homin heran. “aku hari ini libur oppa~ jadi aku datang kesini untuk mengantarkan ini” Homin mengangkat kotak makan yang telah dibuatnya pada Howon. “wahh~ terima kasih Homin-ahh” Howon mencubit pipi Homin gemas dan langsung mengambil kotak makan itu. Homin tau, Howon sangat suka dengan kotak bekal. Howon berjalan bergandengan dengan Homin saat ia melihat Jae In yang sedang berbicara dengan Sungkyu. Ia berhenti berjalan ‘HA! Pria kencan sehari itu!! Mau apa lagi dia pada Jae In?!’ gumam Howon. “ada apa oppa?” Tanya Homin heran sambil mengikuti arah pandang Howon. ‘ahh ada apa denganku?! ohh tidak-tidak.. aku tidak mungkin menyukainya’ batin Howon sambil memalingkan wajahnya ke Homin, ‘ya.. aku hanya suka Homin seorang’ batin Howon lagi sambil tersenyum pada Homin dan berjalan lagi.
             “Heo Jae In~” teriak Seul sambil berlari mendekati Jae In yang baru saja sampai di lorong. “ada apa, Seul?” Tanya Jae In bingung. “kau tahu? Myungsoo jadi model majalah kampus kita” sahut Seul antusias sambil menunjukkan majalah kampus. “oya? Selamat yah” Jae In melihat majalah itu dan melihat Myungsoo yang sudah berlari dari jauh jadi ia menyingkir sebelum tertubruk lagi. “Seul~ bagaimana? Kau sudah liat?” gandeng Myungsoo pada Seul sambil nyengir senang. “sudah~ kamu ganteng banget, Myung-ahh” “tentu saja~” ‘huuh.. selalu saja berakhir seperti ini’ gumam Jae In lalu berjalan lunglai ke perpustakaan.
             Howon melihat Jae In memasuki perpustakaan, matanya tak beranjak dari Jae In dan Jae In tersadar kalau disana ada sunbaenya dan dirinya dipandangi. “annyeong15 sunbae~” sapa Jae In karena sadar dirinya dipandangi, membuyarkan lamunan Howon. “eo~ annyeong” sapa Howon balik. “tadi kau bertemu cowok kencan sehari itu?” Tanya Howon hati-hati. “eumm.. lebih tepatnya sih diantarkan” ucap Jae In santai, tapi itu membuat Howon kaget. “apa? Kok bisa?” “tadi aku tidak sengaja bertemu dengannya” Jae In memilih untuk duduk disebelah sunbae-nya. “tidak sengaja? Lalu kau mau diantar olehnya?” “eoo~” jawab Jae In santai lagi. “kau mau diantar olehnya tapi tidak mau diantar olehku kemarinnya?” Tanya Howon heran. “sunbae~ kenapa kau jadi seperti ini?” Jae In bingung melihat tingkah aneh sunbaenya. “aku hanya heran saja kenapa kau lebih memilihnya daripada aku, sunbaemu” “apa maksudmu? ini tidak ada hubungannya dengan pilih memilih, sunbae, kau aneh hari ini”

“bukan aku yang aneh tapi kau..” Howon meninggalkan Jae In. “hei~ apakah kau baru saja menolak
sunbae?” seorang gadis tak dikenal mendekati Jae In. “aku tidak menolaknya~ kami hanya membicarakan sesuatu” jelas Jae In. “kalau kau berani menolaknya atau menyakitinya, fansclub sunbae akan beraksi” ancam gadis tak dikenal itu lalu meninggalkan Jae In yang sedang kebingungan. Sunbaenya itu memang sangat populer di kampusnya, tapi Jae In tidak tahu kalau sunbaenya itu bahkan punya fansclub. ‘bagaimana yah kalau mereka tahu kalau dia sudah punya pacar?’ gumam Jae In sambil tertawa dalam hati.

õõõõ

Sudah 4 tahun berlalu dan sejak hari itu, hari dimana Minkyung menemukan Sungkyu bekerja disana, Minkyung sering sekali pergi ke bakery tempat Sungkyu bekerja. “Sungkyu~ aku tahun ini akan lulus kuliah.. kau akan datang untuk menyelamatiku kan?” Sungkyu yang sedang menerima pesanan dari pelanggan itupun hanya menggeleng sambil tersenyum iseng dan terus mencatat pesanan. “ahh~ kau datang kan? Datang kan?” mohon Minkyung yang mengikuti kemana Sungkyu pergi “iyaa~ aku datang.. memangnya kapan upacara kelulusannya?” Sungkyu menatap Minkyung lembut. “minggu depan~ kau datang yah” “apakah Woohyun datang? Bagaimana dengan orangtuamu, noona?” “kau kan tahu orangtuaku sibuk~ Woohyun malah pergi dengan pacarnya terus.. jadi kau datang yah~” “baiklah baiklah.. sekarang noona pulang dulu~ sudah malam dan aku harus bekerja” tawa Sungkyu lalu mendorong noona-nya itu. “baiklah baiklah aku pulang~ tapi kau janji yah untuk datang”

“Sungkyu~ tolong antarkan ini dulu kesini” perintah ahjussi pada Sungkyu. “nee~” Sungkyu dengan tergesa-gesa menggoes sepedanya dan sesekali melirik jam tangannya. ‘gawat~ aku sudah terlalu terlambat’ gumam Sungkyu lalu mempercepat goesannya. Langit perlahan berubah menjadi gelap, Sungkyu dengan tergesa-gesa menggoes sepedanya dan akhirnya sampai pada sekolah yang ditujunya, ia berlari masuk ke dalam gedung dan mencari letak ruang aula tapi apa boleh buat acaranya sudah selesai, ia berjalan masuk ke dalam dengan lunglai dan nafas yang tidak karu-karuan. Ruangan sunyi senyap, lampu yang menyala hanya tinggal lampu panggung berwarna oranye yang menyala redup. Sungkyu melangkah mendekati panggung yang sudah kosong, samar-samar terdengar suara isak tangis seseorang, Sungkyu memutar wajahnya, mencari asal dari suara itu dan ia menemukannya! Minkyung sedang menangis terisak di kursi penonton. Sungkyu mendekatinya.
             “maaf aku sangat terlambat” ucap Sungkyu tanpa memandangnya dan duduk di sebelahnya. Tidak ada jawaban dari Minkyung, ia hanya terus menangis. Sungkyu menoleh kearahnya. “ahh!” Sungkyu mengeluarkan setangkai bunga dari dalam jaket yang dikenakannya.
             “maaf juga karena aku hanya bisa membelikanmu setangkai bunga tulip merah muda ini” ia menyodorkannya ke depan mata Minkyung. Minkyung segera menghapus air matanya, “bunga tulip merah muda” ucapnya. “kau suka kan?” Tanya Sungkyu sambil memandangnya. “suka sekali.. aku sangat suka bunga tulip” ucap Minkyung, tapi air matanya malah menetes semakin deras, “tapi darimana kau tahu aku suka bunga tulip?” Tanya Minkyung, ia berusaha mengatur nafasnya yang mulai tidak karuan. “dari Woohyun.. noona~ jangan menangis lagi..”. Mereka berdua menatap lurus ke panggung. “Tadi aku berdiri disana dengan teman-temanku.. Merasa senang dan bangga karena kami telah lulus kuliah sekarang” Minkyung menunjuk panggung dengan jari telunjuknya, Sungkyu hanya diam menatap panggung. “ketika kami telah dinyatakan lulus, berpuluh-puluh orangtua menaiki panggung dengan bangganya dan memberikan anak-anaknya seikat bunga.. Tapi aku selalu tersingkir ke samping karena orangtuaku tidak pernah datang” Minkyung menangis lagi. “kau tahu apa alasannya aku suka bunga tulip ini?” Tanya Minkyung dengan suaranya yang mulai mengecil karena ia tidak bisa mengatur nafasnya. “tidak..” balas Sungkyu singkat, ia telah menahan air matanya yang sudah mengumpul di pelupuk matanya, teringat akan ibunya yang meninggalkannya, 7 tahun yang lalu. “dulu, waktu aku masih SD, aku ingat sekali, papa mama bersedia datang ke acara kelulusanku.. Aku sangat senang, Karena mungkin itu adalah kali pertama kami bisa begitu dekat dalam setahun itu namun apa yang terjadi.. mereka bahkan tidak mengucapkan selamat atau apapun dan hanya menitipkan seikat bunga pada guruku. Dan bunga itu adalah bunga tulip merah muda ini.. mereka bahkan tidak tahu kalau anaknya alergi bunga” Minkyung menangis semakin deras, nafasnya semakin susah diatur. “kau alergi bunga?” Tanya Sungkyu khawatir. Kepala Minkyung terjatuh di bahu Sungkyu, ia pingsan. “nuna~ nuna.. kau baik-baik saja kan? Bertahanlah” Sungkyu segera merogoh kantongnya untuk mencari ponselnya, ia menekan tombol-tombol di ponselnya secepat kilat. “ha.. halo.. tolong.. ada yang pingsan.. tolong segera datang” Sungkyu segera menutup ponselnya dan menepuk-nepuk Minkyung. “nuna.. kau akan baik-baik saja kan? Kenapa kau tidak bilang daritadi kalau kau alergi bunga?!!” Sungkyu menggendong Minkyung keluar dari gedung sekolah.



To Be Continued…


12
  ahh~ terima kasih banyak, paman
13  panggilan sopan
14   semacam hei
15  Hallo-Informal